Jumat, 13 Februari 2009

Sugestian Minded


Sudah pernah mendengar sebuah fenomena baru belakangan ini? Jika belum maka saya sudah. Jombang sebuah daerah di belahan timur pulau Jawa ini, selain letaknya di Jawa bagian timur. Jombang memiliki sebuah pesona fenomenologi. Entah mengapa Jombang menjadi sebuah daerah yang oke punya belakangan ini. Setelah geger dengan isu pelaku mutilasi terhebat sepanjang dasawarsa ini, Jombang kini kembali mengguncang berita. Bukan soal pembunuhan lagi, tapi sekarang cerita pengobatan serta penyembuhan. Sejak dahulu memang Jombang memiliki para kyai non medis yang ahli menyembuhkan berbagai penyakit. Kyai yang ahli dzikir dan wiridan memiliki pesona tersendiri bagi banyak orang. Dengan mengusap dan menyembur maka pasien sembuh. Sedih memang saat pengobatan dengan mudah menjadi sarana yang tanpa lelah. Percuma ada sebuah Fakultas Kedokteran, buat apa ahli biomedis.

Sebabnya kali ini ialah Ponari, seorang bocah berusia dibawah 15 Tahun yang masih duduk dibangku kelas 3 SD menjadi sebuah fenomena. Berawal dari sebuah peristiwa yang nyaris mengangkat nyawanya. Ponari justru menuai banyak kontroversi atas bawah. Mengapa kontroversi atas bawah? Ya kontroversi dilapisan atas dan lapisan bawah. Disaat lapisan atas memandang kehadiran Ponari yang lebih dikenal sebagai dukun ciliki karena piawai menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan hanya dengan sebuah batu yang ia temukan disisinya saat peristiwa mengangkat nyawanya tak jadi alias peristiwa tepatnya tersambar petir. Kalangan atas dan akademisi, keadaan Ponari merupakan fenomena sosial. Disaat masyarakat kecil membutuhkan pengobatan atas sakitnya, namun ternyata jangankan untuk berobat, untuk makan keseharian pun tak bisa. Sehingga sejatinya kehadiran Ponari ialah sebagai sumber sugesti atas penyakitnya. Sedangkan kalangan bawah menilai, Ponari ialah sakti mandraguna, dengan batu ajaibnya ia mampu menyembuhkan penyakit yang tak dapat disembuhkan.

Benar sekali, tidak ada yang bisa diadili soal Ponari ini. Ini murni soal fenomena dan sebuah sugesti. Padahal sejatinya fenomena dan sugesti ialah dua hal yang tak bisa dilupakan. Keduanya memiliki kaitan erat bagi banyak orang. Bukan hanya lapisan atas dan bawah, tapi soal mereka yang atheis dan theis pun mempercayai soal fenomena dan sugesti. Namun hanya penyikapannya saja yang berbeda. Kalangan theis (beragama) menilai sugesti ada karena sebuah talenta lain dalam manusia yang berawal dari sebuah kepercayaan. Sedangkan atheis menilai bahwasanya sugesti itu merupakan nilai eksploitasi yang keluar karena ada faktor eksternal murni manusia dengan manusia, jika tidak dipercayai pun sugesti tetaplah sugesti. Benar atau salah, saya bukan ahlinya. Hanya berusaha menerka sebuah kejadian yang ada saja.

Berita terkait soal Ponari bisa di klik di:






Tidak ada komentar: