Jumat, 13 Februari 2009

Kemiskinan Takkan Usai


Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menuliskan sebuah unek-unek, kali aja tepri saya yang saya pikir unek-unek dalam hati ini dapat keluar dengan baik dan sempurna serta diterima banyak pihak untuk membacanya/ Lagi-lagi saya tidak pernah menganjurkan agar seseorang membaca blog saya yang ini. Ini blog hanya berisi kumpulan keanehan dan kenyataan saja.

Ok guys, lets jump to the next ground. Pastinya kalian tahu apalah itu soal miskin. Bagi saya sendiri kemiskinan selaku seorang yang dari kecil sampai sekarang aktif diranah sosial memiliki kesan yang sangat mendalam. Kemiskinan di negara ini adalah sebuah bentuk kenyataan bagaikan sebuah hidangan di meja makan.

Mengapa demikian, sejatinya kemiskinan di negeri ini takkan dapat dientaskan jika sistemnya yang kapitalis liberalis diterapkan pada negeri yang sejak dahulu dikenal agraris dan kerakyatan. Kemiskinan yang ada hari ini, sejatinya ialah sebuah bentuk implementasi nyata dari sebuah pemiskinan yang disebabkan oleh sistem yang ada.

Sudahlah kawan, ini bukan sebuah gurauan atau igauan di siang bolong. Kita tentunya paham mengapa di kota besar seperti ibukota negara bangunan sempit, kumuh, dan liar masih dibiarkan tetap ada? Sebab senyatanya mereka akan menjadi ladang empuk para (maaf saya menyebut) penguasa yang akan berkuasa. Kondisi kemiskinan itu ialah kondisi yang telah dipelihara bak tabungan yang akan menjadi sebuah ladang untuk menjadi kenikmatan sesaat mereka-mereka yang akan berkuasa. Lihatlah betapa serunya ketika para masyarakat miskin itu menjadi bulan-bulanan disambangi mereka yang akan maju pada pemilihan menjadi seorang penguasa.

Ya, kemiskinan dinegeri ini takkan pernah ada ujungnya mencapai kesejahteraan. Sebab para penggiat yang seharusnya mensejahterakan rakyat tidak akan mensejahterakannya. Para calon penguasa merebut simpati massa dari kawasan miskin tersebut. Dengan jargon dan pesan tertentu maka mereka melanggeng mulus maju menuju kursi empuk sambil meminum susu. Ya jelas dong, jika rakyat disejahterakan dan menjadi sejahtera, maka kepada siapa para calon penguasa mengiba agar mendapatkan suara. Kemiskinan dan kekuasaan ialah simbiosis mutualisme tanpa kenal lelah. Setiap mereka yang miskin membutuhkan bantuan dana, maka si calon penguasa memberikannya. Ketika si bakal penguasa ingin suara, maka rakyat miskin memberikan suara. Kemiskinan? kapan akan pergi? Kemiskinan pergi diakhir jaman nanti ketika seseorang tidak tahu menahu kemana mereka akan memberikan zakatnya. Ya! Ketika Imam Mahdi berkuasa sembari menunggu Hari Akhir tiba.

Tidak ada komentar: